Jaringan Titik Dasar Gaya Berat BMKG




Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pasal 11; Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengamatan dan Pengelolaan Data Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pasal 6; Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pelayanan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pasal 7; dan Peraturan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Nomor 5 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pasal 48, pasal 53 dan pasal 54, bahwa BMKG menyelenggarakan pengamatan, pengelolaan (pengolahan, analisis, penyimpanan dan penyebaran) data, salah satunya adalah data Gaya Berat (Gravitasi). BMKG saat ini memiliki 142 lokasi Titik Dasar Gaya Berat (Gravitasi).

Nilai percepatan gravitasi di permukaan bumi bervariasi karena faktor-faktor seperti ketinggian, bentuk bumi yang tidak sempurna (ellipsoid), dan distribusi massa di bawah permukaan bumi. Percepatan gravitasi berkurang dengan meningkatnya ketinggian karena jarak dari pusat massa bumi bertambah. Selain itu, percepatan gravitasi lebih besar di kutub dibandingkan dengan ekuator karena bumi tidak berbentuk bulat sempurna melainkan agak pepat (oblate spheroid). Distribusi massa yang tidak merata di dalam bumi seperti pegunungan atau cekungan di laut juga mempengaruhi percepatan gravitasi lokal. Peta nilai gravitasi sangat berguna dalam mitigasi kebencanaan (gempa bumi), eksplorasi sumber daya alam, serta dalam pemahaman geodinamika regional.

Peta Nilai Gravitasi Indonesia adalah peta yang menggambarkan nilai percepatan gravitasi teramati (gobs) dan mencerminkan gaya gravitasi yang dialami oleh objek di permukaan bumi di wilayah Indonesia. Peta ini dibuat dari hasil pengukuran di jaringan titik dasar gaya berat BMKG di seluruh Indonesia, data pengukuran di jaring kontrol geodesi (JKG) BIG (Badan Informasi Geospasial) orde 0 dan orde 1, serta data sekunder dari model GGMPlus 2013 dengan resolusi spasial ~220 meter. Data yang telah dikompilasi selanjutnya diinterpolasi menggunakan metode collocated cokriging (CC).